Selasa, 12 Februari 2013

"Ninja jadi Fenomenal"

"Ninja jadi Fenomenal".........

SEJAK dulu hingga sekarang, ninja tak pernah berhenti memesona masyarakat. Tak jarang ada yang bermimpi dan berlatih jadi ninja. Bahkan, ada yang mempraktikkan gaya hidup ninja. Seperti apa?

Ninja memang tak pernah bisa berhenti jadi fenomena. Setiap masa, selalu ada tokoh-tokoh ninja yang jadi idola. Sosok pendekar berbaju serbahitam dan berpenutup kepala ini pertama kali hadir di Jepang, tepatnya 800 tahun lalu. Sejak pertama kali lahir, ninja justru sudah dikagumi masyarakat dunia.

Di tahun 1980-an, orang-orang selalu berdecak kagum dengan aksi Michael Dudikoff dalam film American Ninja. Kehadiran film ini berhasil memengaruhi industri perfilman Hollywood untuk mengeksplorasi tokoh ninja. The Internet Movie Database mencatat, hingga saat ini ada 219 film layar lebar hingga serial televisi yang bercerita tentang ninja. Sebanyak 115 dibuat setelah kesuksesan American Ninja.

Di tahun 1990-an, wajah ninja diwakili oleh keempat kura-kura bernama Leonardo, Raphael, Michaelangelo, dan Donatello. Keempatnya hadir dalam serial televisi berjudul The Teenage Mutant Ninja Turtles. Tahun 2000-an,sosok ninja datang dari karakter animasi bernama Uzumaki Naruto.

Tokoh yang sering warawiri di Global TV ini membuat anak-anak hingga orang dewasa tidak pernah berhenti meneriakkan jurus Ilmu Seribu Bayangan atau Kage Bun-shin No Jutsu milik Naruto. Uniknya, sosok ninja tidak hanya digemari lewat film-film saja. Siapa sangka hingga kini pendekar ninja masih dielu-elukan oleh para penggemarnya di berbagai belahan dunia.

Bahkan, mereka mengadaptasi layaknya kehidupan seorang ninja dalam keseharian. Mulai cara berpakaian, berpikir, bertindak hingga penerapan filosofi hidup ninjutsu (ilmu ninja) yang menjadi bekal mereka dalam mengarungi kerasnya kehidupan. Kebanyakan penggemar ninja yang mendalami ninjutsu awalnya dilatarbelakangi dengan kesukaan menonton film-film berbau ninja. Tidak terkecuali Sanmoon (40), pria yang kini sudah bergelar sensei ninjutsu.

Awalnya, Sanmoon mengaku terinspirasi dengan film American Ninja yang ditontonnya sampai seri ketiga dan Shinobi. Terobsesi dengan film ninja tersebut, pria yang juga berprofesi sebagai pembuat pedang ini mulai mencari tahu seluk beluk mengenai ninjutsu di tahun 1988. Keinginannya yang menggebu-gebu membawanya sampai ke Australia.

Perasaan bahagia yang menyelimuti Sanmoon, tak terbendung ketika ia menemukan sebuah sekolah ninja bernama Kevin Harthore Ninja School. Nyatanya untuk masuk ke sekolah tersebut tidak semudah yang dibayangkannya.

''Sekolah ini eksklusif sekali tidak seperti sekolah bela diri pada umumnya. Saya sampai meyakinkan pihak sekolah tersebut bahwa saya pantas dan benar-benar ingin jadi ninja," ujar pria jebolan Monash University, jurusan teknologi informasi ini. Guna membiayai studinya di sekolah ninja tersebut, Sanmoon rela bekerja keras.

Pekerjaan apa pun dilakoninya selama itu halal. Maklum biaya studinya mencapai USD75 per satu sesi. Saking cintanya pada ninjutsu, ia rela menjadi buruh cuci pakaian di dojo (sekolah) itu. "Yang penting saya bisa menuntaskan sekolah saya waktu itu," ungkapnya. Lulus dari dojo tersebut, Sanmoon merasa belum afdol jika tidak menginjakkan kaki di tanah leluhur ninja sendiri.

Ia pun mempelajari ninjutsu ke negeri Sakura guna mengambil sodan atau sabuk hitam. Sanmoon memang tidak setengah hati serius dalam dunia ini. Ia mengaku sudah ratusan juta rupiah yang ia keluarkan baik untuk berguru hingga ke negeri orang maupun mendirikan klub ninja.

"Saya keluarkan tenaga sampai uang supaya bisa berhasil di dunia ini," akunya. Di Indonesia sendiri, untuk mendirikan sebuah perkumpulan ninja tidaklah mudah.Terlebih lagi ninjutsu merupakan barang baru di dunia bela diri sehingga masyarakat pada saat itu masih buta dengannya. Yang mereka ketahui, ninja hanya sebatas di layar kaca. Ninja juga identik dengan kesatria dengan pedangnya yang selalu haus darah.

Imej itulah yang ingin diubah oleh Sanmoon, bahwa belajar ninjutsu bukanlah hal yang menyeramkan. Demi menyosialisasikan ninjutsu, Sanmoon lalu mendirikan Ninjutsu Indonesia Club (NIC) yang didirikannya pada 1994. Pesertanya? Tentu sebagian besar para movie freakninja. Seperti Elvin Yananto (18), yang baru bergabung dalam klub ini. Sejak bergabung dengan klub ini, Elvin mengaku rasa percaya dirinya mulai tumbuh. Tubuh pun menjadi lebih bugar, manfaat lain?

"Saya bisa berlaga bak tokoh ninja lengkap dengan kostumnya dan pastinya dengan pedang samurai," tandas Elvin. Mendapatkan tubuh yang fit dan lincah selincah ninja ketika beraksi, juga didambakan Allard (23). Pria yang bekerja di sebuah perusahaan pelayaran ini tidak pernah lepas dengan ninjutsu. Bahkan, ketika ia ditugaskan ke negeri Paman Sam selama satu tahun, Allard tetap mencari klub ninjutsu di sana.

Setelah balik ke Jakarta, ia kembali bergabung dengan NIC. "Ninjutsu beda dengan bela diri lain. Ini lebih lincah, menantang, dan banyak taktik yang digunakan," ujar pria yang masih tingkat Taijutsu ini. Jika kedua orang tersebut mendapatkan tubuh yang fit, lain lagi dengan Beni (18).

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengaku, setelah belajar ninjutsu ia merasakan manfaat pemurnian jiwa serta ketenangan batin. Menurutnya, manfaat psikologis ini sangat menunjang studinya di bidang kedokteran.

"Ninjutsu mengajarkan kita untuk tenang menghadapi lawan. Saya mempraktikkannya dalam menghadapi ujian yang butuh ketenangan dan konsentrasi. Apalagi kelak sebagai seorang dokter harus sabar menghadapi pasien," papar remaja yang sudah enam bulan menjadi anggota NIC ini.

Hampir sama dengan Indra (23), yang lebih melihat sisi filosofi ninjutsu sebagai prinsip yang harus ia pegang teguh. Pria yang sudah bergelar senpai atau asisten sensei ini memaparkan bahwa filosofi ninjutsu sangatlah luas, namun ia berpegang pada sebagian filosofi tersebut yang dikuasainya.

"Maknanya bagaimana pun keras dan sulitnya kehidupan, kita harus dapat bertahan dan menjalani hidup ini dengan sebaiknya, serta memberikan yang terbaik dalam hidup," ungkap Indra yang berprofesi sebagai freelance di bidang IT ini. Saking cintanya dengan dunia ninja, sebagian para anggota NIC bahkan tidak pernah lepas dengan kostum ala ninja saat bepergian.

Sanmoon mengaku kerap mengenakan baju, celana, dan sepatu ninja. Tak lupa sebuah ikat kepala yang sering digunakan pendekar ninja zaman dahulu, selalu setia bertengger di dahinya. "Memang begini keseharian kami, kalau saya sendiri membiasakan berpakaian ninja karena saya memang seorang ninja," akunya.

Kendati sudah mengadopsi nilai-nilai dasar seorang ninja dalam keseharian, Sanmoon mengaku ninjutsu semata-mata hanya sebuah hobi yang ditekuninya secara serius. Sanmoon dan para pengikutnya berkomitmen mendedikasikan ilmu ninja yang dimiliki untuk tujuan hiburan.

Sudah banyak iklan yang dibintangi para maniak ninja ini, sebut saja mulai produk makanan ringan hingga televisi. "Tujuannya, kami ingin menekankan bahwa ninja itu tidak menyeramkan dan terbuka bagi siapa pun yang suka dengan ninja," katanya.

Ilmu Bela diri ala Intelijen

NINJUTSU bukan hanya bela diri yang mengajarkan bertarung dengan segenap kekuatan, namun melupakan seni dan taktik. Ilmu ini memang lebih menekankan pada kemampuan melumpuhkan lawan dengan cara yang jitu dan seefektif mungkin, serta mengandalkan kelihaian otak.

Sanmoon menyebut, setidaknya ada beberapa ilmu yang diturunkan oleh ninjutsu, yakni mengasah keterampilan naluri, mahir dalam menggunakan senjata, berlatih menggunakan 18 skill yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan yang terpenting adalah membuka wawasan dalam bermain bela diri ?~'petak umpet''.

Jurus yang disebut terakhir ini memang jadi ciri khas ninjutsu. Sebab, titik kekuatan ninja memang terletak pada keahliannya dalam bersembunyi dan bagaimana membela diri dalam segala kondisi baik secara fisik maupun psikologis.

''Ninjutsu adalah ilmu bela diri intelijen yang mengutamakan akal, mata, dan telinga," kata Sanmoon. Dengan kemampuan menyusup serta spionase ini, tidak heran jika keahlian Sanmoon sering digunakan orang untuk menjadikannya body guard.

Melihat profesi Sanmoon memang menarik. Ia harus memutar otak bagaimana mengatasi kejahatan sebelum kejahatan itu terjadi. Otomatis berbagai teknik ninjutsu yang dikuasainya harus dipraktikkan sewaktu mengemban amanah sebagai ajudan.

Ninja memang pandai menyamar. Hebatnya, dalam melakukan aksinya Sanmoon bisa bertukar baju ataupun selalu sedia senjata padahal ia tidak menenteng tas apa pun. Lantas dari mana datangnya senjata dan baju untuk kamuflase tersebut?

''Saya menaruh bekal dari makanan, senjata sampai baju di atas pohon atau saya sembunyikan dalam semak-semak," katanya. Ia pun menyesuaikan pakaiannya dengan kondisi waktu, seperti mengenakan baju hitam di kala gelap atau putih di waktu siang. Saking cintanya dengan ninjutsu, menantang bahaya tanpa dibayar sepeser pun tidak masalah bagi Sanmoon.

Ia bahkan pernah diminta tolong dengan teman akrabnya untuk membawa keluar putrinya seorang mahasiswi Trisakti pada saat huru-hara di kampus tersebut pada 1998. Bayarannya? Hanya secangkir teh manis sebagai ucapan terima kasih. "Habis gimana namanya sudah cinta dengan ninja, sekalian saya bisa beraksi bak tokoh ninja pada saat itu," kata Sanmoon tergelak. (sindo/) (mbs).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar